Pagi itu di gedung Perpustakaan ITS lantai 1 terlihat ramai. Orang berduyun-duyun datang dengan pakaian rapi. Sebagian dari mereka membawa sebuah buku berjudul The Ethos of Sakura. Ya, hari itu buku itu akan di”bedah” langsung oleh pengarangnya, Prof. Imam Robandi yang juga berprofesi sebagai dosen FTI ITS.
Rabu (15/12) pukul 9 tepat acara bedah buku The Etos of Sakura dimulai. Hari itu Prof Imam tidak sendirian sebagai pembicara. Beliau ditemani oleh Dr Muhammad Taufik (dosen ITS) dan Mulyana Spd (penulis buku ). Diramaikan pula oleh Syamsul Shodik yang berprofesi sebagai ahli bahasa yang turut memaparkan dan menganalisa buku tersebut dari segi tata bahasa tentu saja.
Buku tersebut memaparkan tentang etos kerja dari masyarakat Jepang. Dari mulai kebiasaan, cara berpikir, hingga kedisiplinan yang menjadi ciri khas negeri sakura tersebut dibahas secara lugas dalam buku setebal 258 halaman tersebut. Disertai pula oleh pengalaman Prof Imam yang selama hampir 4 tahun tinggal di Jepang.
“Buku ini ditulis secara ringan, tapi isinya sangat berbobot. Buku ini juga sarat dengan pola pikir masyarakat jepang yang disiplin dan selalu berpikir jauh ke depan.”, tutur Djoko Pitono, salah seorang peserta yang berprofesi sebagai jurnalis sekaligus editor buku yang pada hari itu turut mengikuti acara bedah buku tersebut.
Setelah para pembicara selesai memaparkan isi buku tersebut, peserta diskusi dipersilakan untuk memberikan pertanyaan kepada Prof Imam selaku pengarang. Peserta yang datang tidak hanya dari lingkungan mahasiswa ITS saja. Kebanyakan berasal dari pengajar / dosen, ada juga yang berasal dari universitas lain.
Di penghujung acara, Prof Imam juga meminta maaf apabila terdapat kekurangan dalam penulisan buku. “Tak ada gading yang tak retak , kalau gadingnya mulus dan tidak retak, itu bukan gading, jadi gading itu harus retak. Retak itu kesempurnaan buku” canda Prof Imam. Sontak saja ucapan tersembut diiringi tawa peserta diskusi. Acara berakhir pukul 12 siang itu. (m7)
keren :)
BalasHapus